2023 hanya akan membuang sampah organik • Radar Jogja - WisataHits
Yogyakarta

2023 hanya akan membuang sampah organik • Radar Jogja

RADAR JOGJA – Pemerintah Kota Yogyakarta berencana mewajibkan warganya untuk memilah sampah. Pada tahun 2023, hanya sampah organik yang akan dibuang di Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu (TPST) Piyungan. Menanggapi masalah bisingnya pembuangan sampah di TPST.

Sekretaris Daerah Kota Jogja Aman Yuriadijaya menegaskan pemilahan sampah bukan lagi menjadi program Pemkot Yogyakarta. Namun sudah menjadi kewajiban warga kota pelajar untuk melaksanakannya. “Sekarang (pemilahan sampah, catatan redaksi) bukan lagi program. Tapi itu sudah menjadi kewajiban masyarakat,” ujarnya saat ditemui usai pembukaan Disdagfest #1 di Pasty, Kota Jogja (29/10).

Aman mengatakan rencana untuk mewajibkan warga setempat untuk memisahkan sampah telah diluncurkan. Bahkan Pemerintah Kota Yogyakarta telah menetapkan target hanya mengirimkan sampah organik ke TPST Piyungan pada tahun 2023. “Rencana kami pada tahun 2023 hanya sampah organik yang perlu dibawa ke Piyungan. Anorganik, berhenti di tingkat masyarakat,” ujarnya.

Aman mengungkapkan, setiap hari Kota Gudeg mengirimkan 260 ton sampah ke TPST yang sudah kelebihan beban di Piyungan. Hingga 47 persen sampah tersebut merupakan sampah anorganik. “Kalau 47 persen bisa diselesaikan dari masing-masing sumber sampah, itu bisa menambah nilai ekonomi,” ujarnya.

Sampah anorganik yang tidak terpilah tentu menjadi hal yang disayangkan. Hanya dibuang begitu saja dan hanya menyumbang gunungan sampah di TPST Piyungan yang menumpuk. “Sampah anorganik harus ditingkatkan secara ekonomi. Seperti menjualnya,” katanya.
Pemilahan harus dilakukan oleh masing-masing penghasil sampah, katanya. Artinya, mulai dari lingkungan rumah, pasar, rumah sakit, serta tempat wisata dan hiburan harus melakukan pemilahan. “Maka sampah yang dibuang akan berkurang. Dengan demikian, suasana bising terkait pembuangan sampah dapat dikelola dan diminimalisir,” ujarnya.

Sebelumnya, koordinator pengelolaan sampah Depo, Nitikan Klimin, mengatakan pihaknya telah menempuh berbagai cara untuk mengurangi volume sampah yang dibuang di TPST Piyungan. Limbah daun diolah menjadi kompos. Dalam satu bulan, Depo Nitikan bisa memproduksi 300 karung. Itu disumbangkan kepada warga yang membutuhkan. “Berat per karungnya 35 kg,” jelasnya.

Selain kompos, Depo Nitikan juga memproduksi pupuk cair. Itu dibuat dengan memfermentasi buah busuk. Mereka juga membudidayakan belatung untuk mengurai sisa makanan yang masuk ke Depot Nitikan.
Biowaste kini memiliki nilai ekonomis baginya. Jadi dikumpulkan untuk dijual ke pengepul. “Kita bisa mengurangi jumlah sampah rata-rata hingga setengah volume yang masuk ke depo TPST Piyungan untuk selanjutnya dibuang,” ujarnya.

Sampah yang dibuang di TPST Piyungan merupakan jenis sampah anorganik yang tidak dapat diolah. Pria yang mengabdi di Depot Nitikan sejak 1994 ini menuturkan, sampah ini dibuang ke TPST Piyungan. Ini termasuk karet, kayu, kain, kasur, styrofoam, pampers dan masker. “Penting di sini agar masyarakat kita sadar akan pemilahan sampah,” katanya. (gemuk/malas)

Source: news.google.com

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button