100 pemandu wisata yang dibekali pengetahuan luas tentang Candi Borobudur - WisataHits
Jawa Tengah

100 pemandu wisata yang dibekali pengetahuan luas tentang Candi Borobudur

Magelang (ANTARA) – Sekitar 100 pemandu wisata dibekali pengetahuan luas tentang Candi Borobudur di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.

Direktur Jenderal Pembinaan Umat Buddha Kementerian Agama Supriyadi di Magelang mengatakan, Senin, pengetahuan Candi Borobudur diperoleh dari peneliti Candi Borobudur Dr. Hudaya Kandahjaya.

“Kegiatan ini bermanfaat dimana kami dari Bimas Buddha sangat memperhatikan pemanfaatan Candi Borobudur. Pemandu wisata perlu mendapatkan pemahaman penuh dari beberapa pengetahuan yang ada. Pengetahuan berkembang dan perlu diperbarui, ”katanya.

Hal itu ia sampaikan usai membuka pembekalan pengetahuan tentang Borobudur bagi para Pemandu Wisata Candi Borobudur di Hotel Manohara, Kompleks Candi Borobudur.

Supriyadi berharap pemateri dapat memberikan update ilmu pengetahuan sehingga dapat membuka wawasan untuk memahami Borobudur, khususnya yang berkaitan dengan agama Buddha.

Penjelajah Candi Borobudur Dr. Hudaya Kandahjaya mengatakan, pihaknya awalnya menyadari penjelasan Candi Borobudur yang membingungkan, sehingga mendorongnya untuk meneliti Candi Borobudur.

Hudaya, lahir di Bogor, saat ini menjadi peneliti di Amerika Serikat, sangat fokus pada Borobudur. Karyanya Borobudur-Monastery of Sugata Virtue Association diterbitkan oleh Penerbit Karaniya pada tahun 2021.

Pengarahan pemandu wisata ini diadakan untuk memberikan beberapa informasi tentang Borobudur karena ada berbagai versi penjelasan tentang candi Borobudur yang populer di masyarakat.

Baca Juga: Tingkatkan Sumber Daya Manusia Pariwisata, BLK Wonosobo Adakan Pelatihan Untuk Pemandu Wisata

Ia menyampaikan bahwa penelitian tersebut tentunya berdasarkan dunia nyata, selama ini ada istilah Tridatu, dikemukakan oleh seorang sarjana Belanda bernama Stutterheim, hal itu menimbulkan banyak kontroversi sejak awal dan akhirnya banyak ahli yang menyangkalnya.

“Memang benar karena apa yang dikatakan Stutterheim karena kebetulan dia membaca buku Sang Hyang Kamahayanikan dan kemudian sepertinya cocok untuknya. Bentuk Borobudur itu kira-kira tiga lapis, padahal konsep dasar di balik penyebutan Tridatu di buku itu tidak ada hubungannya dengan Borobudur,” katanya.

Kemudian dia memberikan contoh lain suara Sambhara Budara yang beredar sebagai asal mula nama Borobudur, meski penggagasnya, Prof. G. de Casparis, sudah menyatakan bahwa teorinya salah.

“Jadi pemrakarsa sendiri yang menyatakan salah. Saya sempat berkorespondensi dengannya dalam surat ini pada tahun 1980-an dan meminta maaf karena dulu ketika menulis disertasi pada tahun 1950-an dia terburu-buru menjelaskan nama Borobudur budur, padahal tidak ada hubungannya sama sekali.” .

Menurutnya, jika dibiarkan, hal seperti itu tentu tidak akan membantu memahami makna Borobudur sebagaimana dimaksud oleh penciptanya.

“Jadi tujuan penelitian saya adalah untuk memahami persepsi pencipta Borobudur. Tidak dalam persepsi pribadi saya,” katanya.

Baca Juga: Hadiahi Wisatawan Karena Menggunakan Pemandu Saat Dieng Dibuka Kembali
Baca Juga: Pemandu Wisata Kota Semarang Terlatih Bahasa Mandarin
Baca Juga: Jawa Tengah Butuh Pemandu Wisata China

Source: jateng.antaranews.com

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button